Surat untuk Kamu

  • 2
Kamu adalah salah satu alasan kenapa aku masih bertahan di tempat ini. Bertahan dengan segala manusia dan budaya yang sama sekali tak bisa berkompromi. Bertahan dari semua ketidaknyamanan yang ada. Kamu adalah setitik semangat ditengah gurun keputus-asaanku.

Pun ketika kamu menghindar dengan sseribu alasan yang tak bisa kucerna dengan logika dan perasaanku, kamu tetap dihatiku. Ego kita, ketidaksempurnaan kita sebagai mahluk Tuhan, cacat kita tak lepas dari aku dan kamu sebagai manusia yang tak luput dari lalai. Aku menyadari itu dan tak menghalangiku untuk tetap memujamu. Rasa ini terlalu dalam untuk hilang hanya dengan fakta seperti itu. Aku bisa terima kamu dengan segala kekuranganmu.

Mungkin kamu salah menilai tentang aku, begitupun aku mungkin salah menilai tentangmu. tapi inilah kita, dua manusia yang memiliki ego yang sama tinggi. Dengan komunikasi tak seberapa, kita sama-sama lancang mengambil kesimpulan.

Dan tentang kepantasan, selama ini aku selalu berpikir bahwa aku memang pantas untuk bahagia bersama kamu, tapi tenyata aku salah. siapalah diri ini hingga aku bisa beranggapan demikian. Bahkan aku lupa dari mana bumi tempat aku berpijak. Maaf atas kelancangan ini.

Akhir-akhir ini, aku mencoba mengesampingkan egoku, sisi kekanakanku, mencoba mengerti dan memahami mengapa kita harus begini. Terkadang aku bertanya, aku harus bagaimana dan harus selembut apa agar bisa mengimbangi kekerasan hati yang kamu dan keegoan kamu. Aku harus menjadi manusia yang seperti apa agar bisa bahagia bersama kamu. Sungguh aku ingin meperbaiki semuanya agar kita bisa bersama lagi.

Namun, ketika aku sudah lelah untuk menyampaikan maksudku, inginku dan harapanku, maka aku memilih untuk diam. bukan karena takut tidak kau dengar, tapi aku menahan keegoisankuagar hubungan ini baik-baik saja, karena aku percaya bila kamu mencintaiku dengan tulus, maka kamu tidak akan membiarkanku menangis, memohon agar kamu lebih perduli pada perasaanku.

kini aku akan melakukan hal yang sama sepertimu, membiarkan takdir yang memutuskan apakah kita akan kembali bersama atau justru berpisah untuk selamanya.

saat hari itu tiba, aku akan berharap dan berdoa, semoga kebahagiaan kita akan menjadi nyata, meskipun jalan yang kita tempuh akan berbeda.


Meja Usang kita disepertiga malam,


Love

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...