You and Your Lies

  • 3
Hari ini anniversary pernikahan kami yang ke-5. Biasanya seperti tahun-tahun sebelumnya mas Rasyid selalu memberikan kejutan-kejutan yang selalu berhasil membuat aku terharu dan tersanjung. Bagaimana tidak, mas Rasyid mengajakku Candle light dinner ditempat-tempat favorit kita, terkadang ia reserve tempat baru yang ia tahu pasti aku suka. Tak ketinggalan bunga mawar putih kesukaanku, dan hadiah-hadiah kecil yang ‘sesuatu’ banget buat aku. Semuanya terasa indah, being unforgettable moment bagiku.
Tapi semua itu sepertinya tidak akan terulang ditahun ini. Tidak akan ada acara romantis-romantisan, juga nggak akan ada acara tiup-tiup lilin. Bahkan aku berharap aku lupa, hilang ingatan untuk sementara, melupakan kenyataan bahwa hari ini 5 tahun yang lalu, adalah hari dimana kami mengikat janji sehidup semati. Tidak akan ada cerita tentang romantic dinner, setidaknya setelah tadi siang aku memergoki mas Rasyid tengah lunch dan ketawa-ketawa mesum berdua dengan seorang wanita.
You know who?
Kinar.
Iya kinar, teman kuliahku dulu yang selalu ngejer-ngejer mas Rasyid meski ia tahu aku udah pacaran dengan mas Rasyid. Kinar yang selalau flirting mas rasyid dengan segala cara yang selalu membuatku merasa menjadi wanita yang kurang beruntung di dunia ini. Kinar yang selalu membuat hidupku nggak tenang meski aku sudah menjadi tunangan mas Rasyid. Kinar yang membuat aku ragu dan meragukan cinta dan kesetiaan mas Rasyid.
 Ya! Kinar melakukan semua itu padaku. Oke aku salah, dia melakukan semua itu untuk mas Rasyid, tapi setidaknya did she know it hurt me? Semua yang dia lakukan membuatku frustasi. Satu-satunya yang membuat aku tenang saat itu adalah keyakinan mas Rasyid bahwa ia tidak akan tergoda oleh Kinar. Sampai akhirnya mahluk yang bernama Kinar itu menghilang bagai ditelan bumi.
Dan setelah 6 tahun menghilang, kini ia muncul lagi dalam kehidupanku dan mas Rasyid.
Why?
Arrrrggggg…! Memikirkan Kinar dan mas Rasyid kepalaku rasanya mau pecah.
Bahkan kali ini aku nggak yakin, apakah aku masih percaya dengan kesetiaan mas Rasyid. Lelaki mana yang tahan dengan godaan yang bertubi-tubi. Dan menyesalnya lagi, aku tahu mas Rasyid mulai tergoda. Arrrrggggg…! Ingin rasanya aku teriak sekaras-kerasnya, melepaskan semua beban, kecemburuan dan prasangka yang belum jelas kebenarannya.
Tapi kuang jelas apa lagi, aku tidak buta untuk sekedar menyaksikan bagaimana cara mereka berbicara, cara tertawa dan cara meraka saling memandang. Saking asyiknya dengan dunia mereka, bahkan mereka tidak menyadari keberadaanku yang hanya berjarak beberapa meter saja.
Beruntung aku masih bisa mengontrol diri, menahan tangis dan sesak didada, mengendalikan emosi untuk tidak melabrak mereka dan membuat keributan di tempat umum. Berbalik dan meninggalkan mereka dengan hati yang hancur berkeping-keping. Aku syukuri itu, karena jika tidak, aku nggak bisa membayangkan kekacauan macam apa yang akan terjadi. Hanya air mata yang tak bisa kuajak untuk kompromi, tak kuhiraukan mascara dan eyes liner ku yang luntur, terus berlari menjauh, mencari tempat yang nyaman untuk mencerna semua yang aku lihat.
So, here I am. Duduk menopang dagu di balkon apartement, menahan sesak di dada,  menunggu kepulangan mas Rasyid sambil menyaksikan padatnya arus lalu lintas, warna-warni lampu jalanan yang indah namun tak mentransfer rasa nyaman pada diriku.
See! Bahkan setelah kejadian tadi siang sampai saat ini mas Rasyid belum menghubungiku, tidak ada ucapan  Happy Anniversary bahkan tidak ada kabar sama sekali. Beberapa kali kucoba menelpon Hpnya, gak aktif. Aku butuh penjelasan mas..!
Aku hanya ingin tahu kebenarannya dari dirimu  mas, berharap bahwa apa yang kulihat tadi siang adalah kesalahan. Berharap apa yang kusaksikan tidaklah serumit yang kupikirkan.
____________________  ***

Suara langkah kaki mendekat ke arah balkon, aku tersentak. Mas Rasyid  pulang.
Kulihat jam di Blackberry ku, jam setengah dua belas. Artinya aku tertidur di sini setelah menangis berjam-jam. Sudah selarut ini mas Rasyid baru pulang. Sepertinya  ia benar-benar lupa hari bersejarah ini. Pesona Kinar benar-benar melenakan mas Rasyid.
Please! Aku nggak berharap banyak. Satu kecupan, satu ucapan dan satu doa untuk pernikahan kita, itu saja sudah cukup bagiku mas, meski tanpa romantic dinner, aku tak menuntut itu. Selanjutnya penjelasan tentang Kinar setelah ini.
“Hei, Sayang, kok tidur di balkon. Nggak takut masuk angin? Entar sakit lho” mas Rasyid mendekatiku sambil mengecup dahiku.
Yes! Satu kecupan terwujud. Tanpa masuk angin pun aku sudah sakit mas. Sakit hati melihat kelakuanmu bersama Kinar.
“Aku ketiduran tadi, Baru pulang Mas?”
“Iya ada meeting dengan Big Boss seharian di kantor, aku mandi dulu ya Sayang”
Aku hanya mengangguk. See! Dia nggak ingat sama sekali, tentang hari ini yang hanya tinggal beberapa menit lagi menuju pergantian hari. Hatiku remuk. Bagaimana bisa mas Rasyid tidak ingat hari penting ini. Susah payah kutahan air mata yang sudah di pelupuk mataku.
Lima belas menit berlalu. Mas Rasyid keluar dari kamar mandi, memakai piyama kesayangannya.
“HP nya tadi kog nggak aktif Mas?
“oh iya tadi lupa ngeaktifin, meeting dari pagi, lunch aja cuma di kantin kantor, maaf ya sayang..! udah bikin kamu khawatir”
What! Mas Rasyid bilang lunch di kantin kantor. Bukankah tadi aku melihatnya di café mall sama Kinar. He lie to me! Mas Rasyid bohong. Dan ini menyakitiku. Aku yakin seyakin-yakinnya bahwa yang kulihat tadi siang itu mas Rasyid lagi ketawa-keatwa mesum bersama Kinar. Kebohonganmu semakin menguatkan keyakinanku bahwa kamu selingkuh di belakangku, Mas.
“beneran, mas seharian dikantor aja, nggak kemana-mana?”
“iya sayangg, nggak percayaan banget ama suami sendiri” jawab mas Rasyid datar .
Hal yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang kita cintai berkata tidak jujur dengan caranya sendiri, dan parahnya kita tahu itu. Berbohonglah padaku dengan semua alasan-alasanmu. Sayangnya tak ada satu alasan pun yang bisa aku terima, setidaknya tidak disaat aku merasa benar-benar menjadi wanita hina dan terhina dengan perbuatanmu mas.
“Aku capek. Tidur duluan ya sayang” mas Rasyid menuju kamar, meninggalkanku sendirian.
Dan sepertinya aku tahu apa yang seharusnya akan kulakukan selanjutnya. Let’s play the games.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...