Barangkali ada yang pernah atau sedang kita sesali:
Hal-hal yang kita pikir lebih baik tak usah terjadi. Segala sesuatu yang selalu membuat kita berpikir tentang waktu, ibunda semua peristiwa, seraya mencari-cari cara terbaik untuk melupakan semuanya.
Barangkali ada hal-hal yang membuat kita murung:
Sisi gelap yang menguasai pikiran dan perasaan kita dengan pertanyaan-pertanyaan. Tentang semacam apakah kesedihan manusia paling menderita sedunia? Tentang mengapa sejumlah pertemuan harus terjadi? Tentang mungkinkah waktu diulang kembali agar kita bisa melewatkan hal-hal yang sesungguhnya tak pernah kita inginkan? Tentang bagaimana melupakan semuanya tanpa rasa sakit? Tentang adakah cara menemukan pemaafan untuk sebuah penyesalan?
Kita harus membunuh percakapan-percakapan semacam itu!
Dalam hidup, ada beberapa orang yang harus kita temui untuk kemudian kita tinggalkan. Ada beberapa peristiwa yang harus kita alami untuk kita lupakan. Demikianlah, hidup memang ditegakkan dengan kemungkinan-kemungkinan semacam itu. Paradoks-paradoks yang ganjil. Semacam oksimoron, barangkali:
Penyesalan-penyesalan yang sebenarnya kita rencanakan melalui sejumlah pilihan takdir yang kita kehendaki. Seperti sebuah pertanyaan klise:
Mengapa kita harus pernah mencintai seseorang yang pada akhirnya akan kita benci?
Klise? Tentu saja. Juga membuang-buang waktu. Apa yang salah dengan “pernah mencintai”? Apa yang salah dengan “kita pernah berbahagia”? Tidak ada. Barangkali yang salah adalah pilihan kita untuk terjebak dalam kebencian-kebencian yang menggerogoti diri kita sendiri, membuat kita bodoh dengan menangisi hal yang sama berkali-kali. Sudahlah, lupakan saja!
Kita selalu gagal menertawakan lelucon yang sama untuk kali kedua atau ketiga, kan
? Lalu mengapa kita selalu berhasil menangisi hal yang sama berkali-kali?
Kita harus membunuh kebodohan-kebodohan semacam itu!
Dalam perjalanan, kita akan menyadari bahwa selalu ada tujuan untuk semua hal yang pernah kita lihat, semua peristiwa yang pernah kita alami, semua orang yang pernah kita temui, semua penyesalan, kebahagiaan dan kesedihan.
Beberapa hal berguna untuk menguji seberapa kuat kita bisa menghadapi semuanya, tetapi semuanya bertujuan untuk mengeluarkan semua yang terbaik dari dalam diri kita. Jadi, mengapa masih berpikir bahwa beberapa orang dilahirkan hanya untuk menjadi pecundang? Mengapa masih berkubang dalam penyesalan-penyesalan?
Hidup yang hanya sekali, terlalu singkat untuk selamanya diratapi. Maka rayakan apa saja hari ini:
Dekatkan dirimu dengan siapa saja yang bisa membuatmu menjadi manusia yang berbahagia. Mereka yang bisa menepuk pundakmu saat tertawa, mereka yang bisa menghiburmu di saat-saat sedih, mereka yang bisa membersamaimu di antara keduanya:
Mereka yang benar-benar peduli padamu dan bukan pada diri mereka sendiri. Merekalah orang-orang yang harus kita jaga dalam sisa hidup kita selanjutnya. Sebab kita sudah tahu, semua orang yang kita temui dalam hidup, selain orang-orang ini, hanya sejenak numpang lewat!
Jadi, adakah yang salah dari sebuah penyesalan? Mungkin tidak ada. Barangkali kita memang harus menghidupkan beberapa jenis penyesalan, untuk kita bunuh sambil tertawa.
... dan mari kita bunuh penyesalan-penyesalan itu!
FAHD DJIBRAN | 31/08/2013